Babak Perjumpaan
/1/
Kau dan aku saling berhadapan. Seperti melihat samudra
baru yang tak tergambarkan di dalam peta. Ombak serta badai yang berkecamuk di
dalam dada. Kau dan aku ternyata sama-sama lihai dalam mengemasnya. Sialnya, sebagian
dari tubuhku yang tak tersisa ini takluk oleh kedua bola matamu.
/2/
Adakah yang lebih meriah dari perhelatan semalam yang
telah lalu?
Kau bercakap tentang hari-harimu yang sederhana.
Sedangkan, harapan itu pun tumbuh di tengah duri-duri yang meranggas. Lantas,
kau dan aku saling menunggu. Menunggu untuk disemayamkan.
Perihal waktu:
Kau dan aku membiarkan sia-sia memungut pada setiap
detiknya.
/3/
Di penghujung malam, ingatan tentang kecemasan antara
kau dan aku hinggap di atas ranjang. “Masihkah kau merawat luka sayat itu di
dalam dadamu?
Jangan bertanya kembali padaku. Tentu saja, aku bukan
pemeran utama yang harus kau seret. Sebab, kaulah yang akan bertanggungjawab
atas tetesan air mata seorang pria.
/4/
Semenjak perjumpaan yang tak tergoreskan di dalam
garis-garis telapak tangan.
Malapetaka itu akan terjadi. Takdir antara kau dan aku
tak terhindarkan.
Menjadi kutub utara dan kutub selatan yang saling
berbenturan.
/5/
Hari berlalu. riwayatmu kini kian mencekik.
***
Asal : Kota Pekalongan

Tidak ada komentar: